Selasa, 27 Oktober 2009


PERANAN KELEMBAGAAN DALAM PENYULUHAN KEHUTANAN

Kelembagaan umumnya dalam bertugas selalu berhadapan dengan masyarakat, karena tugasnya adalah mendidik masyarakat secara non formal dengan mengajarkan keterampilan dan memberikan pengertian tentang seluruh aspek pembangunan kehutanan. Selama ini para petugas kehutanan dimanapun berada kurang mendapat tempat dihati masyarakat, karena selalu membawa misi bernada larangan.

Namun dalam pembangunan kehutanan gaya baru sekarang ini terlebih lagi setelah para Petugas Lapangan Gerhan (PLG) dilahirkan maka seorang penyuluh kehutanan yang tinggal dan hidup bersama masyarakat di pedesaan dituntut untuk selalu menyesuaikan diri dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Berbagai metode pendekatan yang komunikatif sangat perlu untuk dimiliki seorang penyuluh kehutanan dalam rangka pembibing masyarakat di pedesaan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh mengingat bahwa walupun misi pembangunan yang dibawanya sangat berfaedah bagi masyarakat, bilamana penyuluh tidak menguasi tehnik berkomunikasi dengan baik maka misi ini akan sulit diterima oleh masyarakat. Tidak demikian apabila seorang petugas menguasai metode pendekatan yang komunikatif, dirinya akan dapat dengan mudah diterima ditengah masyarakat.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam menggerakkan masyarakat misalnya melalui pendekatan yang persuasif, pertemuan diskusi, sosialisasi, bimbingan teknis, rapat pembahasan permasalahan dan sebagainya, merupakan beberapa bagian saja dari sekian banyak kemampuan yang harus dimiliki seorang penyuluh, karena masih banyak hal yang lain yang perlu dipelajari. Oleh karena itu, petugas hendaknya tidak henti-hentinya belajar dan berlatih untuk menjadi penyuluh yang tangguh dan menjadi teladan bagi masyarakat yang dibinanya.

Pada hakekatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa memiliki kecenderungan untuk saling berinteraksi dengan sesamanya dalam hubungan saling ketergantungan dan keterkaitan. Karena itu dalam sistem kehidupan masyarakat, terdapat suatu struktur sosial yang cukup rumit. Struktur sosial dapat diibaratkan suatu konstruksi bangunan daripada masyarakat sehingga memungkinkan sistem kehidupan masyarakat mapu tumbuh dan berkembang menjalankan fungsi dan kebutuhannya.

Bagi seorang petugas, individu masyarakat yang mana yang memiliki peranan sebagai tokoh pemimpin informal dilingkungannya. Hal ini penting mengingat tokoh-tokoh pimpinan seperti ini akan mampu berfungsi sebagai agen pembaharu. Peranan penting dalam tubuh masyarakat tani di pedesaan secara umum dibagi dalam 5 golongan yaitu :

1. Inovator dan Pelopor

Petani inovator adalah petani yang pertama kali menerima teknologi guna melaksanakannya secara swadaya di desanya.

  • Golongan ini biasanya mempunyai ciri-ciri antara lain :
  • Merupakan petani yang mampu
  • Mempunyai pikiran yang sangat terbuka
  • Sudah biasa bergaul dengan orang-orang diluar daerahnya terutama dari kota.
  • Mempunyai pola berpikir seperti orang-orang yang hidup di kota.
  • Sadar mengenai kelebihan yang ia miliki
  • Memiliki sifat kreatifitas yang tinggi
  • Selalu tanggap terhadap informasi-informasi baru.

2. Early Adaptor atau Penerap Diri

Merupakan golongan petani yang kemudian dengan cepat mengikuti jejak inovator. Biasanya berasal dari kelompok-kelompok yang cukup mampu, tapi cara berpikir dan bergaulnya masih seperti petani lain, artinya masih mau memperhatikan dan bergaul dengan individu diluar kelompoknya.

Petani-petani seperti ini dalam proses alih teknologi akan berfungsi sebagai sumber informasi bagi petani lain. Mereka juga merupakan figur atau teladan bagi petani-petani yang merasa masih belum maju. Oleh karena itu mereka dipercaya oleh kelompoknya untuk memegang peranan sebagai koordinator dari setiap kegiatan.

3. Early Majority atau Penerap Cepat

Merupakan golongan petani yang mudah menerima anjuran atau terpengaruh pada informasi-informasi baru yang telah terbukti ada manfaatnya.

4. Late Majority atau Penerap Lambat

Merupakan golongan petani yang baru mau meniru penggunaan teknologi baru, setelah banyak orang melaksanakannya.

5. Laggard atau penolak

Golongan ini biasanya tidak mau menerima informasi baru, bersifat kaku dan akan mudah sekali terpengaruh arus balik yang disebut “retreatsme” bilamana ada kegagalan.

Seorang penyuluh kehutanan hendaknya dapat mengetahui adanya kelima golongan tadi didalam struktur masyarakatnya agar dapat menentukan pemilihan petani mana yang dapat dijadikan sebagai pemimpin kelompok tani. Perlu diketahui bahwa golongan petani pelopor, penerap dini dan penerap cepat dapat dicalonkan sebagai ketua kelompok tani.

Petugas kehutanan yang telah mendapat simpati, dukungan ataupun pengakuan masyarakat secara terus menerus dan persuasif harus selalu membimbing anggota masyarakat untuk diarahkan guna mendukung program pembangunan kehutanan.

Masyarakat perlu diyakinkan akan manfaat dan kegunaan pembangunan kehutanan bagi hidupnya saat ini dan dimasa yang akan datang, misalnya hutan sebagai unsur perlindungan tata air, manfaat hutan sebagai unsur perlindungan alam lingkungan dan ekosistem, manfaat hutan tanah dan air sebagai unsur produksi.

Selain itu, masyarakat juga harus diyakinkan akan kerugian yang akan terjadi bila hutan tiada, seperti iklim yang panas, sulit air, sulit bahan bakar, bahan pangan dans sebagainya. Namun demikian petugas hendaknya dapat mengambil inisiatif dalam memberikan jalan keluar permasalahan yang dihadapi masyarakat. Yang jelas, petugas harus membimbing masyarakat untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat secara ekonomis bagi masyarakat dan bermanfaat secara ekologis bagi lingkungan.

Keberhasilan penyuluh membimbing masyarakat ditahap awal akan menjadi modal utama penyuluh dalam pembangunan kehutanan secara berkesinambungan.

Senin, 05 Oktober 2009

Struktur Vegetasi dan Daur Hidup Mangrove

Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Canocarpus) yang termasuk kedalam delapan famili.

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu tumbuhan sejati penting/ dominan yang termasuk ke dalam empat famili yaitu : Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, dan Meliaceae.

Jenis mangrove tertentu seperti Bakau dan Tancang memiliki daur hidup yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah, sehingga menjadi lebih berat pada bagian terluar dan akhirnya lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke perairan dan mengapung di permukaan air. Semaian ini kemudian terbawa oleh aliran air ke perairan pantai yang cukup dangkal, dimana ujung akarnya dapat mencapai dasar perairan, untuk selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara bertahap tumbuhan menjadi pohon

Hutan Mangrove di Indonesia

Kondisi hutan mangrove di Indonesia menurut Citra Landsat MSS Tahun 1999 adalah seluas 3.73.340 Ha yang terdiri dari kawasan hutan tetap seluas 2.492.650 Ha, hutan produksi yang dikonversi 799.230 ha dan areal penggunaan lain seluas 445.460 ha. Kondisi kerusakan hutan mangrove yang tersebar di seluruh Indonesia belum diketahui, namun demikian yang telah terinventarisasi dan teridentifikasi baru di 15 propinsi dengan luasan tercatat rusak berat. Lahan kritis mangrove dalam kawaan hutan seluas 1,7 juta ha dan luas kritis mangrove di luar kawasan hutan seluas 4,8 juta ha.

Pada kondisi hutan mangrove yang kritis, Dephut telah melakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove melalui program pembinaan daerah pantai yang bertujuan untuk memulihkan hutan mangrove sebagai salah satu komponen ekosistem pantai yang strategis, menumbuhkan kesempatan usaha masyarakat nelayan secara aman dan produktif dapat meningkatkan daya beli melalui kegiatan-kegiatan usaha rehabilitasi hutan mangrove.

Kebijaksanaan pengelolaan ekosistem hutan mangrove meliputi :
  • Pengamanan, pemeliharaan dan peningkatan fungsi sosial ekonomi hutan mangrove
  • Pengamanan, pemeliharaan dan peningkatan fungsi sosial ekonomi ekosistem pantai.
  • Peningkatan fungsi kelembagaan untuk meredam konflik kepentingan baik diantara masyarakat maupun antar instansi pemerintah
  • Peningkatan fungsi kelembagaan untuk meredam konflik kepentingan baik diantara masyarakat maupun antar instansi pemerintah
  • Penegakan aspek legalitas (hukum) dalam pengelolaan hutan untuk menjamin diterapkannya kebijaksanaan yang dibuat


Minggu, 04 Oktober 2009

Karakteristik Morfologi

Karakteristik yang menarik dari species mangrove dapat dilihat dari sistem perakarannya dan buah.
Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara) bila berada di bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik.
Ada beberapa tipe perakaran yaitu: akar tunjang, akar napas, akar lutut, dan akar papan baner. Semua species mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah, seperti berbentuk silinder, bulat dan berbentuk kacang.

1. Benih Vivipari
Umumnya terdapat pada family Rhizophoraceae, buahnya berbentuk silinder.
2. Benih Cryplovivipari
Umumnya terdapat pada family Avicennia (Seperti buah kacang), Aegeceras (Sikunder) dan Nypa fruticans, yang buahnya berbentuk Cryplovivipoarious dimana bibitnya berkecambah tetapi diliputi oleh selaput buah sebelum dilepaskan atau ditinggalkan dari pohon induknya
3. Benih Normal
Ditemukan pada species Sonneratia dan Xylocarpus. Buahnya berbentuk bulat seperti bola dengan benih normal. Species lain kebanyakan buahnya berbentuk kapsul. Sebagai benih normal, buah tersebut mengalami proses dimana mereka memecahkan diri dan menyebarkan benihnya pada saat mencapai air.

Dimanakah Mangrove Bisa Dijumpai ?

Sebagian besar pohon mangrove dijumpai di sepanjang pantai terlindung yang berlumpur, bebas dari angin yang kencang dan arus (misalnya di mulut muara sungai besar). Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan pulau-pulau kecil. Namun, mangrove paling banyak ditemukan di substrat lumpur, lumpur berpasir atau sebaliknya. Sementara itu, air payau bukanlah hal yang pokok untuk pertumbuhan mangrove, mangrove juga dapat tumbuh dengan subur jika terdapat persediaan endapan yang baik daripada air tawar yang melimpah.
Ada hubungan yang erat antara kondisi air dengan vegetasi hutan mangrove. Di beberapa tempat mangrove menunjukkan tingkat zonasi yang nyata yang cenderung berubah dari tepi menuju daratan. Namun, kadang-kadang tergantung pada undulasi/tinggi rendahnya dasar laut. Secara umum, zonasi mangrove akan saya bahas di pokok bahasan selanjutnya.

Apakah Mangrove itu ?

Kata "Mangrove" berkaitan sebagai tumbuhan tropik dan komunitas tumbuhnya di daerah pasang surut, sepanjang garis (seperti: tepi pantai, muara, laguna dan tepi sungai) dipengaruhi oleh kondisi pasang surut.
Menurut FAO (1999) definisi Mangrove adalah pohon dan semak yang tumbuh di bawah ketinggian air pasang tertinggi.
Menurut saya sendiri, mangrove dapat didefinisikan sebagai tumbuhan peralihan antara darat dan laut yang hidup di daerah pantai yang terlindung (laguna, muara) dan hidup di substrat pasir atau lumpur, dipengaruhi oleh pasang surut, tahan terhadap salinitas tinggi dan memiliki perakaran yang unik dan khas.
Mangrove termasuk varietas besar dari famili tumbuhan, yang beradaptasi pada lingkungan tertentu.